Alhamdulillah, sudah lebih dari satu tahun saya memulai bisnis herbal ini. Banyak suka dan duka yang telah saya alami dalam membangun usaha ini. Tapi semuanya terasa larut seiring dengan berjalannya waktu...
Assalammu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, sudah lebih dari satu tahun saya memulai bisnis herbal ini. Banyak suka dan duka yang telah saya alami dalam membangun usaha ini. Tapi semuanya terasa larut seiring dengan berjalannya waktu.
Saya memulai usaha ini dengan satu alasan yang kuat untuk membuat perusahaan sendiri. Alasan itu adalah agar saya tidak bekerja di bank konvensional yang berbasis riba. Ironi memang, saat ini saya sedang kuliah di Indonesia Banking School yang notabennya Perguruan Tinggi Swasta yang mengarahkan mahasiswanya untuk bekerja di Perbankan. Memang saya baru mendapat hidayah tentang dzalimnya riba ketika saya menjadi mahasiswa di kampus itu. waktu itu saya merasa gundah, Kenapa saya harus menghabiskan waktu untuk mempelajari pelajaran yang berbau riba. saya pun sering curhat dengan Pak Fajar (Dosen IBS) tentang dilema ini. beliau juga pernah merasakan dilema seperti saya ini. Beliau pernah bekerja di Bank Mandiri dan keluar ketika mengerti tentang dzalimnya riba (Semoga Allah selalu merahmatinya). Masya Allah itu adalah keputusan terbaik yang diambil oleh beliau.
Saya tidak mau mengambil keputusan sepihak untuk melakukan hal yang sama, karena Saya takut mengecewakan Papa dan Mama. Akhirnya saya mengambil jalan tengah, yaitu saya tidak begitu serius dalam mempelajari pelajaran yang berbau riba dan ilmu yang saya dapat untuk digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang kedzaliman riba itu sendiri. Hal itu terbukti dengan perolehan nilai C. Karena semua inilah yang menyebabkan Saya untuk bersungguh-sungguh membangun Al Jazirah Herbal Center ini.
Modal pertama saya untuk memulai usaha ini didapat dari uang pemberian Bapa Guru (Kakek Saya) sebesar Rp 2.000.000,00, tapi uang 2 juta itu untuk Saya dan Yoan (Adik Saya). Akhirnya saya mengambil 1 Juta untuk modal awal dan yang 1 juta lagi disimpan di Bank Muamalat. Setelah uang tersebut berada di tangan saya, saya segera pergi ke Madinah Agency untuk membeli Obat-Obat herbal. Saya tertarik membeli buku tentang jual beli dan buku-buku lainnya sehingga untuk obat-obat herbal hanya dialokasikan sekitar 700rb-an. Inilah kesalahan pertama saya, saya membeli obat-obat herbal yang pangsa pasarnya kecil sehingga perputaran persediaannya rendah. Sehingga perputaran barang yang relatif cepat hanya beberapa Item saja seperti Habbatussauda dan Madu.
Selang beberapa bulan, saya berkenalan dengan mustofa yang mengaku seorang mualaf yang sedang diusir oleh keluarganya karena masuk Islam. Saya merasa takjub dengan pengalaman dia. Saat itu dia tinggal bersama temannya atau tidur di masjid. Saya ingin membantunya dengan meminjamkan barang untuk dia jual kembali. Saya memberikan Habbatussauda yang besar dan kecil. Setelah itu, dia menelepon saya bahwa saya dapat mengirim obat-obat herbal ke Koperasi di daerah Manggarai dengan sistem Konsinyasi. Saat itu saya gembira sekali mendengar berita tersebut. saya pun segera menyiapkan barang untuk dititipkan ke koperasi tersebut. Kita sepakat untuk bertemu di Masjid daerah Margonda, Depok. Setelah bertemu, Saya memberikan Barang-barang kepada Mustofa dan meminjamkan uang 100rb untuk digunakan sebagai modal membeli alat bekam. Namun, ternyata itulah pertemuan terakhir kita. Saya merasa curiga ada yang tidak beres setelah setiap kali menelepon temannya dia tidak berada di tempat. Akhirnya saya harus merelakan barang senilai Rp 242.000 dan uang Rp 100.000 yang saya berikan kepada Mustofa. Dari peristiwa tersebut saya dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus bisa mengenal lebih dekat pribadi seseorang sebelum mempercayainya
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda