Menjernihkan Suara Dengan Akar Sirgunggu
Istilah gurah dikenal kalangan pesinden, penyanyi, qori, ataupun qoriah untuk merujuk proses menyaringkan suara dengan akar tumbuhan sirgunggu (Clerodendron serratum). Selain oleh mereka yang memang memerlukan suara bagus, gurah juga dilakukan untuk menyembuhkan penyakit asma, batuk kering, dan batuk berdahak banyak. Benarkah akar tanaman obat itu secara ilmiah berkhasiat seperti yang dipercayai masyarakat ?
Gurah merupakan cara pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Dulu praktek pengobatan ini dijalani pesinden atau dalang yang menginginkan suaranya nyaring. Namun, belakangan gurah juga ditujukan untuk mengobati asma dan menghilangkan dahak di tenggorokan. Di Yogyakarta para tabib gurah menggunakan tumbuhan sirgunggu yang ada di sekitar Giriloyo, dekat makam raja-raja Mataram. Mereka percaya, hanya sirgunggu dari sana saja yang berkhasiat. Padahal sebenarnya tanaman obat ini bisa tumbuh di mana saja, bahkan di seluruh Indonesia, sehingga dikenal dengan berbagai nama, antara lain kertase, pinggir tosek (Madura), simar baungkudu (Toba), tinjau handak (Lampung), segunggu (Sunda) dan sagunggu, sirgunggu (Jawa).
Banyak khasiatnya
Tumbuhan sirgunggu berupa perdu yang tingginya 3 m. Daunnya bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai memanjang, tebal dan kaku. Tepi daun beringgit. Bunganya berwarna putih-violet tersusun dalam malai. Buah yang berwarna hijau kehitaman berupa buah batu berbentuk bulat telur.
Tumbuhan obat yang satu ini ternyata sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dulu. Akarnya diremas-remas halus dan ditelan untuk mendapatkan suara nan jernih. Seduhan akarnya merupakan obat asma, bronkhitis, atau sebagai peluruh air seni (kencing batu).
Di daerah Imogiri, Yogyakarta, sirgunggu untuk gurah, yaitu kulit akar ditumbuk dan diseduh dengan air, kemudian diteteskan pada hidung guna mengobati berbagai penyakit yang berkaitan dengan lendir, seperti asma, batuk, atau untuk memperoleh suara yang jernih. Efeknya berupa pengeluaran lendir dari hidung dan mulut.
Daunnya bermanfaat untuk menyegarkan kondisi wanita yang sedang nifas. Sebagai obat luar, daun ditumbuk dengan adas pulosari untuk encok dan nyeri atau kelelahan pada sendi. Daun mudanya diremas-remas dan ditambah sedikit kapur menjadi obat gosok. Seduhan daun dengan garam serta temulawak dapat diminum untuk perut yang membusung dan sebagai obat cacing. Infus daun tumbuhan ini sudah diteliti secara in vitro mampu menghancurkan batu ginjal. Di lampung buah masak atau yang masih mentah dikunyah bersama sirih untuk obat batuk berat. Penelitian di National Cancer Institut, Washington menyatakan, ekstrak air tumbuhan ini aktif sebagai anti-HIV in vitro.
Kandungan kimia tumbuhan sirgunggu pada bagian-bagian tubuhnya berbeda-besa. Daunnya mengandung unsur kalium, sedikit natrium, alkaloid, dan flavonoid flavon. Pada kulit akarnya terdapat glikosida fenol, manitol, dan sitosterol. Sementara kulit batangnya mengandung senyawa triterpen, asam ureanulat, asam kueretaruat, dan asam seratogenat.
Praktek Tabib Gurah
Proses pengobatan gurah dilakukan dengan meneteskan cairan rendaman kulit akar ke hidung. Kulit akar ditumbuk, diseduh dalam air panas, diendapkan semalam lalu diteteskan ke hidung kemudian ditelan. Cairan akar itu setelah diendapkan berwarna cokelat kemerahan.
Akhir-akhir ini para tabib gurah sudah mengemas bahan obat dalam bentuk serbuk atau kapsul. Penggunaannya lebih praktis dari pada gurah tetes. Di samping bahan pokok sirgunggu, juga ditambah ramuan bahan tetumbuhan berkhasiat lainnya. Tentang bahan tambahan ini, masing-masing tabib punya resep rahasia tersendiri.
Bila “obat” sudah dimasukkan ke lubang hidung (red: pada gurah tetes), pasien yang menjalani gurah tetes diminta tengkurap. Ia lantas mengeluarkan lendir dan dahak. Dengan demikian, suaranya diharapkan bisa lebih jernih.
Eksperimen Awal di Laboratorium
Praktek gurah menarik dikaji secara ilmiah. Untuk itu disiapkan akar sirgunggu dari lokasi yang sama. Sebagai langkah penelitian awal, bahan aktifnya diisolasi dan diuji daya antibakterinya. Dalam hal ini digunakan baktreri Streptococus beta haemolyticus, salah satu jenis pencetus penyakit radang tenggorokan.
Dari hasil isolasi diperoleh komponen utama dalam kulit akar berupa senyawa flavonoid dengan 3-OH. Sedangkan pengujian antibakteri memang menunjukkan, senyawa itu mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. beta haemolyticus. Namun, daya hambatnya terbilang kecil Hal ini mungkin disebabkan khasiat pengeluaran lendir sembari pesien tengkurap, sehingga bakterinya ikut keluar bersama lendir. Mekanismenya sendiri masih belum ditemukan. Dengan demikian, penggunaan sari akar sirgunggu untuk pengobatan radang tenggorok perlu dikaji lebih lanjut.
(Drs. Wahyono, Apt. SU, Fakultas Farmasi UGM)
Disadur dari Majalah Trubus 339 - TH XXIX - FEBRUARI 1998, hal. 72-73
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda