Pasca terampasnya kamp induk, yaitu Kamp Abu Bakar Ashshiddiq, pola strategi mujahidin dalam menghadapi pasukan salibis berubah. Taktik harbul ishabat atau perang gerilya menjadi operasi paling pas untuk diterapkan. Dalam taktik ini pasukan yang kecil dapat mengalahkan dan menghancurkan pasukan yang besar, dengan taktik hit and run (pukul dan lari)
Taktik harbul ishabat telah diterapkan di berbagai Negara, dan umumnya mereka mendapatkan kemenangan-kemenangan dan berhasil menimbulkan kerugian yang besar pada pasukan lawan
Kita bisa membuka kembali sejarah Mujahidin Afghanistan, yang dengan pertolongan Allah, dapat mengusir tentara beruang merah, ketika itu sebagai sebuah Negara adidaya kedua setelah Amerika Serikat. Hal yang sama juga dilakukan di Chechnya. Pasukan beruang merah yang memiliki persenjataan yang canggih tidak dapat berbuat banyak, dan akhirnya mundur menghadapi Mujahidin. Macan Tamil (LTTE) bisa merepotkan pemerintah Sri Lanka, Mujahidin Pattani di Thailand mampu menggoyang pemerintah kafir karena perlakuan diskriminasi ereka. Dan masih banyak lagi contoh-contoh praktik harbul ishabat yang efektif dan mampun mencapai kemenangan-kemenangan.
Demikian pula mujahidin Moro pasca terebutnya Kamp Abu Bakar Ashshiddiq, mereka menerapkan taktik harbul ishabat. Pertimbangan diterapkannya taktik ini di antaranya; kamp induk (Abu Bakar telah jatuh ke tangan musuh, pasukan terpecah dan kantng-kantongbkekuatan yang terpisah. Persediaan logistic dan persenjataan yang terbatas dan menipis, terpencar-pencarnya posisi ribath dan area yang dikkuasai mujahidin, dan sulitnya konsolidasi pasukan karena basis utama (kamp induk) telah terampas oleh tentara salibis, dan keluarga-keluarga mujahidin yang perlu mencari nafkah menyebar hingga ke berbagai tempat.
Dalam menjalankan taktik harbul ishabat, muncul seorang sosok mujahid yang sangat berani di medan-medan pertempuran. Dia adalah asy-Syahid (nahsabuhullah) Abu Juhud. Beliau adalah seorang pemberani dari daerah selatan Filipina, tepatnya pula saranggani. Karena besarnya perhatian terhadap nasib ummat Islam yang tertindas beliau bergabung dengan mujahidin MULF yang diimpin oleh Syaikh asy-Syahid (nahsabuhullah) Salamat Hasyim.
Dalam sebuah sessi harbul ishabat, sebuah pasukan yang dipimpin oleh Ust. Esmael hafidhahullah melakukan sebuah operasi (amaliyat) sabotase di tengah-tengah Kamp Abu Bakar yang telah dikuasai oleh tentara salibis. Sasaran misi ini adalah membunuh dan menghancurkan pasukan yang sedang berpesta pora pada malam minggu, yang biasa dilakukan oleh tentara salib.
Di sebuah rumah yang cukup besar dan terleak agak masuk ke dalam pertahanan pasukan salibis tengah berlangsung pesta musik, minum-minuman dan wanita pada malam minggu. Hampir seluruh pasukan berada di rumah itu sedang dalam keadaan berpesta pora dan tidak menyadari serangan mujahidin. Karena beberapa pecan mujahidin tidak melakukan serangan.
Abu Juhud yang ditemani Abu Harb mengendap-endap di tengah kegelapan malam dengan membawa 2 bua mine improvisasi (2 ranjau buatan berasal dari shell mortar 81 mm), dan beberapa gulung kabel. Sesampainya di rumah yang sedang sedang digunakan berpesta, mereka meletakkan mine di bawah kolong rumah. Rumah itu dahulu milik salah seorang mujahidin, tetapi ditinggal karena kamp dikuasai oleh tentara salibis. Rumah di Moro pada umumnya dibuat dari kayu di atas panggung. Setelah berhasil meletakkan mine di bawah rumah Abu Juhud dan Abu Harb bergerakn meninggalkan tempat sambil mengulur kabel. Pada jarak kira-kira 50 m mereka bersembunyi di bawah cover. Lalu mereka mulai meledakkan rumah. Terjadilah infijar. Pada malam itu rumah tersebut habis porak poranda beserta penghuninya.
Dalam hitungan menit seluruh pasukan salibis di Kamp Abu Bakar beraksi melakukan balasan sekenanya karena sulitnya melokalisasi sasaran, mengingat gelapnya malam. Meriam 105 mm, mortar 81 dan 82 mm menyalak tak tentu arah. Serta senjata 20” menyalak di keheningan malam tak jelas sasaran. Kemudian Abu Juhud dan pasukan Ust. Esmael mundur dengan mendapatkan kemenangan, atas idzin Allah, setelah berhasil membunuh kurang lebih 30 orang pasukan musuh yang ada di dalam rumah itu.
Berakhirlah pesta musik itu dengan mayat-mayat pasukan salibis bergelimpangan, tewas mengenaskan. Allah berfirman;
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Anfal:17)
Dikutip dari buku: The Secret of Jihad Moro, karya Abu Ibrahim Muhammad Daud, Media Islamika, Solo, 2008
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda