"Wahai Rasulullah...
Bukan Untuk Ini Aku Mengikutimu Sejak Dulu...!!"
Seorang A'raby datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengimaninya, dan berislam. Lalu berkata, "Ya Rasululah, aku akan turut berhijrah bersamamu." Lalu rasul pun, sang panglima, memberi wasiat kepadanya dan para sahabat lainnya.
Waktu berlalu dan datanglah saatnya kaum muslimin untuk membuktikan keimanan mereka dengan mempersembahkan apa yang mereka miliki dari darah, nyawa, dan harta. Peperangan Khaibar berkecamuk. Dan dengan pertolongan Allah kaum muslimin berhasil mendapatkan ghanimah yang sangat banyak, melimpah. Rasulullah mulai membagikan ghanimah. Si A'raby
berlindung di belakang pundak para sahabat lainnya agar tidak terlihat oleh Rasul. Namun Rasulullah menyuruh beberapa orang untuk menghantarkan bagian ghanimah kepada mereka yang berhak menerimanya, dan ketika sampai kepada A'raby ia menyerahkan haknya.
Si A'raby tadi berkata, "Apa ini?"
Utusan Rasul pun menjawab, "Bagianmu yang telah dibagi oleh Rasul dari harta rampasan."
Si A'raby bergegas membawa bagiannya dan mendatangi tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Wahai Rasulullah, apa yang telah engkau kirim kepadaku ini...?"
Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Bagianmu yang telah aku bagi-bagikan dari harta yang telah dikaruniakan Allah untuk kita"
Si A'raby yang telah beriman tadi berkata, "Demi bapak dan ibuku wahai Rasulullah... bukan untuk ini aku mengikutimu dari dulu, tetapi aku mengikutimu supaya aku terlempar dengan anak panah di sini -sambil menunjuk lehernya- sehingga aku mati fie sabilillah dan dimasukkan surga".
Dengan senyum Rasul pun menjawab, "Sungguh... jika engkau jujur kepada Allah, maka Allah akan memberikannya."
Tak lama kemudian peperangan terjadi lagi. Rasulullah mendatangi sesosok tubuh syuhada' yang terkena anak panah di bagian lehernya, dan Rasul berkata, "Bukankah ia... Bukankah ia...." Para sahabat menjawab, "Benar, wahai utusan Allah." Rasul berucap, "Semoga rahmat Allah atasnya, ia jujur kepada Allah dan Allah percaya kepadanya"
Itulah A'raby yang telah jujur kepada Allah dalam meminta syahadah, dan Allah pun mempercayainya untuk menjadi bagian kafilah syuhada', sosok yang -sejak langkah pertamanya- tidak pernah ragu untuk mencapai cita-citanya tertinggi; mati syahid.
Maka dalam perjalanan hidupnya, ia temui banyak kenikmatan meski orang lain melihatnya sebagai penderitaan. Benarlah perkataan sahabat Ash Shiddiq, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, "Burulah kematian, maka kau dapatkan kehidupan."
Kepada merekalah hendaknya kita mengambil tauladan.
-------------
delivered by: "Jangan pernah berpaling sedetikpun dari cita-citamu, yaitu syahadah, wahai kataibul istimata!"
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda