Perang yang diluncurkan agresor AS di Afghanistan menorehkan luka dan penderitaan bagi jutaan rakyat Afghanistan. Duduk di dalam rumahnya yang sederhana di sebuah bukit yang suram sambil melihat ibukota Afghanistan dari kejauhan, Waheeda tidak tahu lagi kemana harus meminta bantuan.
"Aku bahkan tidak bisa minum sendiri," keluh Waheeda kepada AFP, Sabtu 22 November.
Waheeda adalah seorang ibu dari enam orang anak yang kehilangan kedua tangan dan satu kakinya dalam sebuah ledakan di Kabul beberapa tahun lalu.
Wanita Afghan ini juga tidal lagi dapat melihat dengan jelas dan wajahnya pun dipenuhi goresan bekas luka. Bahkan dia juga ditinggal suaminya yang juga meninggal dalam sebuah serangan.
Anak perempuannya yang berusia 15 tahunlah yang menjadi tangan dan kakinya, memasak, membersihkan dan menyuapi dia makan dan minum.
Saat ini Waheeda dan anak-anaknya tinggal bersama adiknya yang seorang polisi.
Sekitar 2,7% penduduk Afghanistan, kira-kira tiap satu dari 5 keluarga mengalami kecacatan, menurut sebuah cacatan survei Handicap International. 36 % cacat fisik, 26 % cacat sensorial, 20 % epilepsi dan 10% cacat mental.
Di tempat lain, Nafisa, wanita 27 tahun memiliki wajah yang rupawan tetapi tidak memiliki kaki. Dia menyeretkan badannya untuk bergerak dalam rumahnya yang bersih, dia bahkan tidak bisa naik kursi roda sendirian. Nafisa sendiri juga kehilangan empat saudaranya.
Itulah gambaran kehidupan rakyat Afghanistan yang terus dilanda peperangan. kaum-kaum kufar terus mengincar Afghanistan sebagai lahan pertempuran bagi mereka untuk menghancurkan negeri-negeri kaum muslimin. (rmd/iol)
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda