Selasa lalu (19/01), sekelompok muslim dari komunitas Islam di Karibia, tiba di Port-au-Prince dengan membawa bantuan.
Pemimpin rombongan tersebut berkisah kepada caribbeanmuslims.com pengalamannya di Haiti: "Kami tiba di Haiti dengan selamat. Waktu itu kami menetap untuk sementara di Masjid At-Tauhid di Port-au-Prince."
"Kami lantas segera bergerak, karena kami tahu saudara-saudara kami tidak memiliki makanan dan air yang cukup, sedangkan kondisi di kota sendiri luluh lantak. Siang dan malam, kami lihat orang-orang berdiri di antrian untuk mendapatkan minyak tanah.
"Saudara-saudara muslim waktu itu membantu kami membongkar truk yang membawa bantuan. Mereka, istri-istri dan anak-anak mereka senang sekali melihat makanan dan minuman. Melihat kami, mereka menangis seraya bertakbir "Allahu Akbar!" Mereka ternyata sedang menunggu kami sepanjang hari. Setelah pembongkaran, kami melaksanakan salat Isya' secara berjamaah. Semoga Allah membantu kami semua!
Pada pagi hari tanggal 20 Januari terjadi lagi gempa susulan dengan kapasitas 6.1 S.R.. "Saat itu kami berbaring untuk beristirahat setelah salat subuh, tapi tiba-tiba kami dibangunkan oleh getaran. Semua orang mulai meneriakkan syahadat dan bergegas ke jalan. Segala puji bagi Allah, beberapa bangunan di dekat masjid runtuh, tetapi masjid tetap berdiri kokoh. "
Masjid di Port-au-Prince saat itu berubah menjadi tempat penampungan bagi umat Islam dan untuk orang-orang non Islam. Mereka yang tidak betah di masjid, tinggal di tenda-tenda di sekitar masjid.
Banyak orang yang terluka dan membutuhkan perawatan medis, makanan dan air. Beberapa organisasi muslim non-pemerintah sebenarnya sudah mengirimkan bantuan, tetapi ternyata belum cukup untuk semua.
Di masjid At-Tauhid, anggota-anggota organisasi bantuan juga mencoba menemui saudara-saudara muslim Haiti dan mengajak mereka mengobrol.
Abu Bakr, salah seorang korban selamat bercerita bahwa gempa telah menewaskan adiknya. Adiknya itu ditemukan di bawah reruntuhan dalam keadaan tidak bernyawa. Dia masuk Islam hanya beberapa bulan sebelum kematiannya. Abu Bakr sendiri sekarang tinggal di dalam masjid.
Situasi memang menyulitkan. Tidak cukup makanan, pakaian dan obat-obatan. Sedangkan defisit terbesar adalah air minum.
Di Haiti, mayat-mayat tergeletak di pinggir jalan. Tetapi, sebagai suatu peraturan, mayat-mayat ditempatkan dalam bangunan khusus, yang menggantungkan tanda: "Di sini mayat." Banyak orang yang tidak menerima bantuan, sebagian besar bantuan kemanusiaan masih di bandara dalam kontrol PBB.
[muslimdaily.net/cno]
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda