Manfaat Ilmiah Habbatus Saudâ’ terhadap Sistem Kekebalan Tubuh
Manusia, secara wajar menghadapi berbagai jenis bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyerang kita melalui kulit, jalan pernafasan, saluran pencernaan, membran yang ada di dalam mata, dan sistem urine, yang menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berbahaya andaikata mampu menembus organ dalam tubuh, selain jumlah yang terus biasa hidup secara alamiah di dalam tubuh kita.
Tetapi, merupakan salah satu wujud kasih sayang Alloh Ta'ala kepada kita bahwa Dia menciptakan sistem khusus di dalam tubuh kita untuk melindunginya dari serangan luar yang berasal dari partikel-partikel kecil ini beserta racun-racun yang dikeluarkannya di dalam tubuh.
Sistem ini disebut sebagai sistem kekebalan. Sistem ini melaksanakan dua fungsi yang saling menyempurnakan untuk mencegah penyakit dan menghindari penyebabnya yang menyerang tubuh; mungkin dengan menghancurkannya melalui proses makan sel (fagositosis) atau dengan memproduksi antibodi dan sel-sel spesifik yang sesuai dengan struktur setiap partikel yang menyerang tubuh.
Hal itu sebagai jaminan untuk memusnahkannya secara tuntas. Berdasarkan hal itu, maka kekebalan yang diberikan oleh sistem ini bagi tubuh, bisa dibagi menjadi dua bagian pokok, kekebalan alami dan kekebalan yang didapat.
1. Kekebalan Alami (Natural Immunity)
Garis pertahanan pertama bagi tubuh adalah ketika ia beraksi untuk mencegah masuknya atau menghancurkan penyerang sebelum ia berhasil menginfeksi jaringan, berkembang biak, dan menyebabkan timbulnya penyakit.
Ini disebut kekebalan nonspesifik (nonspecific immunity), di mana kekebalan ini diarahkan untuk menghambat seluruh mikro organisme dan faktor asing yang berbahaya yang hendak menyerang, melalui satu cara. Kekebalan ini bekerja melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :
a. Mekanisme mekanik, fisikawi dan kimiawi.
Mekanisme ini berfungsi melindungi tubuh dari para penyerang, contohnya kulit, selaput lendir yang berada di dalam sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem urine, dan konjungtiva354); ia mem-bentuk pembatas mekanik untuk mencegah masuknya partikel-partikel lain ke dalam tubuh, di samping sekret355) kulit mengandung zat-zat aktif yang bisa membunuh bakteri, seperti asam susu (lactic acid) yang terdapat di dalam keringat, asam lemak (fatty acid) yang terdapat di kulit orang-orang dewasa, kotoran telinga yang merupakan zat anti bakteri disebabkan kandungan asam oleat (oleic acid), serta berbagai selaput dalam yang mengandung zat-zat pembunuh bakteri, seperti lisosom356), maupun zat-zat pembunuh virus. Di samping itu masih ada mekanisme gerakan cairan lendir di sistem pernafasan yang bisa membersihkan bakter-bakteri dan partikel-partikel asing sejak dini.
b. Bakteri-bakteri yang secara alamiah terdapat di dalam tubuh (flora normal).
Flora normal adalah bakteri-bakteri yang tidak menye-babkan penyakit, yang dalam jumlah besar hidup di dalam usus, mulut, dan tempat-tempat lain di tubuh manusia. Ia memiliki peran penting dalam melindungi tubuh, karena ia menjadi media yang tidak cocok dengan jenis-jenis bakteri yang menimbulkan penyakit, membunuh, atau menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri ter-sebut.
c. Beberapa unsur kimia darah.
Beberapa unsur kimia yang terdapat dalam darah, yang akan menempel pada bakteri-bakteri penyerang atau racun-racun, lantas menghancurkannya. Beberapa unsur yang berperan tersebut seperti sel-sel berbadan besar, basic polypeptides, dan unsur-unsur lain yang menghilang-kan efek beberapa jenis bakteri tertentu.
d. Kumpulan interferon.
Interferon dihasilkan oleh sel-sel hati, ketika terjadi penyerangan oleh virus sebelum diproduksinya antibodi. Unsur-unsur ini disebut sebagai unsur-unsur pertahanan, karena ia merangsang jaringan-jaringan tubuh agar melakukan perlawanan pada saat virus yang lain datang, lantas mencegah pertumbuhannya, sehingga antibodi bisa segera memusnahkannya.
e. Sistem pelengkap (complement).
Sistem ini terdiri dari sekitar dua puluh protein. Tugasnya adalah mengaktifkan proses perlendiran di setiap sel darah putih dan sel lendir, menetralisasi virus dan men-jadikannya tidak mampu berkembangbiak, melokalisasi daerah terinfeksi dan penyerang secara bersamaan, serta memusnahkan mikroba sebelum terbentuknya anti bodi spesifik yang menghancurkannya.
f. Fagositosis (phagocytosis).
Fagositosis adalah proses memakan, membunuh, dan menghancurkan partikel-partikel dan unsur-unsur asing melalui sel-sel darah putih yang dikenal dengan sel-sel pemakan (fagosit), yaitu sel-sel yang bergerak dalam sistem pertahanan tubuh. Sel-sel ini terbentuk dari sumsum tulang, kemudian berpindah ke darah dan ke seluruh jaringan tubuh. Kepentingannya yang paling mendasar terletak pada perpindahannya yang cepat ke bagian-bagian terinfeksi yang berbahaya untuk memben-tuk pertahanan yang cepat dan kuat melawan partikel penyerang.
Sel-sel ini melumpuhkan aktivitas dan menghancurkan partikel asing yang menyerang tersebut. Ada beberapa jenis sel pemakan, di antaranya :
1). Sel-sel pemakan besar (makrofaga).
Terdiri dari sel-sel darah putih yang berinti tunggal (monosit, monocytes). Ketika sel-sel ini memasuki jaringan, ia membesar dan berubah menjadi sel-sel pemakan besar dan berinteraksi dengan jaringan. Ia terus berinteraksi dengan jaringan-jaringan itu selama beberapa bulan atau beberapa tahun, melin-dunginya dan memakan sejumlah besar bakteri, virus, sel-sel mati, dan partikel-partikel asing. Sel-sel pemakan besar ini berkonsentrasi pada sentra-sentra vital di tubuh untuk melindunginya dari bahaya partikel penyerang. Jenisnya berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tempat, penampakan, ukuran, dan gerakannya.
Di dalam hati, ia disebut sel-sel kupffer, di dalam darah disebut sel-sel monosit, di dalam paru-paru disebut dengan sel-sel makrofage alveolar. Adapun bila terdapat di dalam cairan yang terbentuk karena adanya berbagai infeksi, maka disebut sel-sel pemakan besar (makrofaga). Hati dan limpa memiliki kadar kandungan makrofaga paling tinggi.
2). Sel-sel pemakan kecil (mikrofaga).
Mikrofaga terdiri dari sel-sel darah putih, seperti sel-sel berpewarna netral (netrofil, neutrophils), sel-sel berpewarna eosin (eosinofil, eosinophil) dan ukurannya lebih kecil daripada sel-sel pemakan pada jaringan, jumlahnya semakin banyak pada saat terjadinya infeksi yang serius hingga mencapai 60 % dari jumlah keseluruhan sel darah putih.
g. Proses memakan (fagositosis) dimulai dengan tarikan kimiawi terhadap faktor-faktor asing, pelekatannya pada sel-sel pemakan bisa dilakukan melalui kaki-kaki palsu (pseudopodia), sehingga berhasil ditelan di dalam sel pemakan. Pada saat itu, unsur asing tersebut dibunuh, jika sebelumnya hidup, akibat dikeluarkannya hidrogen peroksida (H2O2) dan derivatnya. Setelah itu dimulai proses pencernaannya melalui enzim-enzim yang keluar dari butiran-butiran kecil yang terdapat dalam material (cytoplasm), kemudian bagian-bagiannya bisa terpampang di atas permukaan sel pemakan, agar strukturnya dikenali oleh sel-sel limphoid. Beginilah sel-sel pemakan melindungi tubuh dari partikel-partikel berbahaya.
h. Sel-sel pembunuh.
Sel-sel pembunuh berfungsi membunuh sel-sel berbahaya yang besar yang tidak bisa dihancurkan oleh sel-sel pemakan, dikarenakan ukurannya yang terlalu besar. Misalnya, sel-sel tubuh yang terkena salah satu virus penyebab sakit dan sel-sel kanker. Ada dua jenis sel pembunuh yang aktif dalam proses natural immunity, yaitu :
1). Sel-sel pembunuh alami (natural killer cells).
Sel-sel pembunuh alami merupakan sel-sel limphoid yang paling besar, memiliki banyak butiran kecil yang mengandung enzim-enzim yang aktif menembus membran seluler sel-sel berbahaya, yang menyebab-kan sel-sel tersebut mencair dan mati. Sel-sel pem-bunuh alami ini bekerja tanpa rangsangan dan tidak pernah berubah menjadi sel-sel lain.
2). Sel-sel asidofil (acidophil)357).
Sel-sel ini spesialis pembunuh cacing yang memba-hayakan tubuh, seperti cacing schistosoma. Caranya, sel-sel ini menempel pada permukaan cacing, setelah itu ia mengeluarkan enzim-enzim yang terus berin-teraksi dengan cacing itu dan akhirnya mem-bunuhnya.
2. Kekebalan Didapat atau Kekebalan Spesifik (Specific Immunity)
Kekebalan spesifik adalah kemampuan tubuh untuk mem-bentuk kekebalan spesifik yang kuat dan sempurna menghadapi seluruh faktor luar yang menyerang tubuh sekaligus, disebut pula dengan “kekebalan yang didapat” (acquired immunity).
Ia adalah kekebalan yang diperoleh tubuh sebagai responnya terhadap faktor luar yang menembus pertahanan-pertahanan tubuh dan menempati jaringan-jaringan, bisa jadi hal itu menyebabkan penyakit yang nyata, misalnya mikroba-mikroba perusak, virus-virus, racun-racun, dan jaringan-jaringan asing dari hewan-hewan lain.
Kekebalan ini terbentuk dari jaringan limfa dan sel-sel limphoid yang memproduksi antibodi serta beberapa sel limphoid spesifik yang berdaya bunuh terhadap mikroba yang menyerang, sesuai dengan struktur dan karakteristiknya.Sel-sel Limfosit sebagai Pertahanan KhususSel-sel limphoid merupakan senjata yang paling spesifik dan siap siaga untuk menghadapi segala jenis penyerang dengan berbagai karakteristiknya yang spesifik dan racun-racunnya yang mematikan.
Sel-sel ini dianggap sebagai senjata pertahanan yang paling tangguh di arena pertarungan. Mari kita coba mengenali sel-sel ini dan melihat bagaimana ia bekerja secara spesifik melawan setiap partikel asing yang berada di dalam tubuh.Sel-sel limphoid spesifik, terdiri dari dua jenis, yaitu sel-sel B dan sel-sel T.
a. Sel B (B lymphocytes).
Sel B terbentuk di dalam sumsum tulang dan tinggal di dalamnya sampai pertumbuhannya sempurna dan menjadi sel-sel yang aktif. Kemudian ia menyebar ke seluruh bagian tubuh yang bermacam-macam, dan berkonsentrasi di dalam darah, limpa, tonsil, simpul limfa, dan setelah bergerak ia akan berpartisipasi dalam menyerang partikel-partikel asing dengan cara mempro-duksi antibodi atau yang dikenal dengan sebutan badan kekebalan.
b. Sel T (T lymphocytes).
Sel T terbentuk di dalam sumsum tulang, kemudian sebelum pertumbuhannya sempurna, ia meninggalkan sumsum tulang tersebut menuju kelenjar-kelenjar timus dengan perantara partikel-partikel penarik tertentu yang dikeluarkan oleh kelenjar tersebut. Sel ini tetap berada di sana hingga pembelahan dan pertumbuhannya sempurna. Dari situ, sel T meninggalkan kelenjar timus dan menyebar ke seluruh bagian tubuh yang bermacam-macam untuk berpartisipasi dalam proses sistem keke-balan.
Sel T yang sudah matang terbagi menjadi tiga jenis utama, masing-masing jenis memiliki fungsi tertentu :
1). Sel T Pembantu (The Helper T- Cells)
Sel-sel ini memainkan beberapa fungsi dan mem-bantu sistem kekebalan melalui beberapa cara, yang terpenting di antaranya adalah merangsang aktivitas sel-sel pembunuh, sel-sel penekan (suppressor), dan sel-sel B.
Sel T juga merangsang respon sel-sel pemakan untuk menelan partikel-partikel asing; dengan mengeluar-kan sejumlah partikel protein yang diketahui sebagai stimulans bagi sel-sel, seperti interleukin dan interferon yang membantu dan merangsang pembelahan, pertumbuhan, dan pembiakan berbagai macam sel sistem kekebalan sehingga sampai pada kondisi siap siaga untuk berpartisipasi dalam proses pertahanan diri.
Sel-sel ini membawa simbol-simbol permukaan yang terdiri dari glukoprotein yang melekat pada membran luarnya, dirumuskan dengan berbagai angka yang berbeda-beda untuk membedakan jenis-jenisnya yang bermacam-macam maupun dari berbagai jenis sel lain.
2). Sel-sel Pembunuh (Killer Cells) atau Perusak Sel (Cytoxic Cells).
Sel pembunuh membantu sistem kekebalan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi virus dan sel-sel kanker. Sel pembunuh memiliki karakteristik mudah dirangsang dengan partikel-partikel yang dikeluarkan oleh sel T pembantu, sehingga berubah menjadi sel-sel pembunuh yang aktif. Pada dinding sel-sel ini terdapat bagian-bagian independen dengan bentuk yang bermacam-macam (seperti antibodi), sel-sel (bagian-bagian) ini jumlahnya melebihi 100 ribu reseptor di atas dinding setiap sel, melekat kuat pada bagian-bagian partikel penyerang dan tidak melepaskan diri darinya sehingga partikel tersebut dibersihkan.
Sel-sel pembunuh juga langsung menyerang partikel-partikel asing. Ia mampu membunuh partikel-partikel yang sangat lembut dengan cara mengeluarkan materi-materi beracun yang dibuat di dalam sel itu sendiri -langsung ber-hadapan dengan sel yang menyerang- dan setiap sel pembunuh bisa menyerang berbagai macam partikel kecil, satu persatu, sebagaimana sel ini juga memiliki peran penting dalam menghancurkan sel-sel kanker atau sel-sel mana saja yang asing dari tubuh.
Sel pembunuh meninggalkan sel terinfeksi sebelum benar-benar membunuhnya, agar ia mati sendiri, lantas sel pembunuh mencari sel-sel lain yang terinfeksi, menelannya, lantas mulai membunuhnya. Demikianlah, seluruh partikel penyerang dan partikel asing akhirnya bisa dibersihkan.
3). Sel-sel Penekan (Suppressor Cells ts.).
Sel-sel ini menekan aktivitas sel-sel pembunuh dan sel-sel pembantu, setelah berakhirnya pertempuran dengan partikel penyerang. Caranya dengan menge-luarkan sejumlah partikel penghalang yang mempe-ngaruhi dan menghalangi sel-sel tersebut dari kondisi aktif sehingga beralih kepada kondisi normal dan non aktif, itu terjadi di akhir masa infeksi, sehingga kondisi pulih seperti semula; sehingga interaksi dan aktivitas sistem kekebalan tidak berlanjut yang akibatnya bisa menghancurkan badan sendiri.
Sebelum menjelaskan mekanisme kerja sel-sel kekebalan spesifik, kita harus mengenali tiga istilah penting terlebih dahulu, yaitu :
a. Antigen.
Antigen adalah bagian-bagian bakteri penyerang atau partikel asing yang terdapat mungkin di dinding sel (untuk bakteri) atau di membran luar untuk virus.
Antigen bekerja merangsang sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba atau partikel asing.
b. Antibodi.
Antibodi adalah globulin-globulin358) kekebalan (imunoglo-bulin) yang berinteraksi dengan antigen pada masa-masa pembunuhan partikel asing yang menyerang tubuh manusia atau hewan.
Semua antibodi berhubungan erat dengan antigen yang sangat mirip dengannya dan menyebabkan pembentukannya, semakin kuat kemiripan antara keduanya, maka semakin erat pula hubungan antara keduanya.
Gambaran paling sederhana antibodi adalah struktur beberapa unsur protein yang terdiri dari empat rantai atau seri peptida359), yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat, di mana panjang satu unit mencapai sekitar seratus asam nukleat. Ia tersusun menyerupai bentuk huruf Y. Setiap antibodi berinteraksi dengan antigen khusus, sesuai dengan kode khusus ibarat interaksi antara gembok dengan kunci.
Karena jenis struktur kimia dan atom seri berat dan ringan tersebut banyak, maka antibodi juga memiliki bentuk yang berbeda-beda, bisa jadi jumlah antibodi di dalam tubuh mencapai lebih dari satu milyar.
Ada lima jenis antibodi berdasarkan jenis seri berat, ukuran dan struktur asam amino antibodi tersebut, yaitu Igm, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
Yang paling penting di antaranya adalah golongan immunoglobulin G (IgG), karena ia membentuk 75 % antibodi pada tubuh normal, tersebar di berbagai jaringan, dan berpindah dari ibu kepada janin melalui plasenta.
Adapun golongan immunoglobulin M (Igm) berpartisipasi besar dalam respon pertama produksi antibodi dan hanya terdapat di dalam darah, tidak bisa berpindah melalui plasenta dikarenakan ukurannya yang terlalu besar.
Antibodi melindungi tubuh manusia dari partikel asing yang menyerang melalui dua cara, mungkin dengan langsung menyerang kepada partikel asing atau dengan merangsang sistem pelengkap (complement) yang bisa menghancurkan partikel penyerang.Keterikatan Antara Antigen dan Antibodi Antibodi memiliki keterikatan dengan antigen melalui salah satu dari empat ikatan kimiawi yang dikenal. Posisi tempel pada antibodi berbentuk cekung. Dan agar persenyawaan tersebut sempurna dan bisa aktif, maka posisi persenyawaan pada protein virus (antigen) harus berbentuk cembung.Bagaimana Sel-sel Kekebalan Bekerja dan Bagaimana Reaksi Kekebalan Terjadi?
Sel-sel sistem kekebalan dengan berbagai jenisnya itu bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain untuk menghadapi dan memerangi partikel asing yang berusaha masuk ke tubuh manusia. Proses pertarungan pertama terjadi dengan sel-sel pemakan (fagosit) yang memakan dan menghancurkan partikel asing serta kembali memampangnya di atas permukaan sel sekali lagi dalam bentuk partikel-partikel protein sederhana untuk disajikan kepada sel-sel limfosit T pembantu dan bersenyawa dengannya, dan dari persenyawaan itu sel T mengeluarkan stimulans-stimulans sel yang berfungsi merangsang berbagai macam sel sistem kekebalan agar masing-masing sel berpartisipasi sesuai dengan peran dan fungsinya dalam mencegah bahaya yang mengancam tubuh.
Sebagai contoh, masing-masing dari sel T perusak, sel pembu-nuh, dan sel pembunuh natural mulai mengidentifikasi sel-sel di dalam tubuh yang terinfeksi partikel-partikel asing, lantas menghancurkannya.Adapun sel-sel darah putih yang berbentuk granula360) dengan ketiga jenisnya (neutrofil, eosonofil, dan basofil361)), ketika menerima rangsang, bereaksi dengan mengeluarkan enzim-enzim yang bermacam-macam yang berfungsi menaikkan dan melekatkan sel-sel sistem kekebalan pada bagian terinfeksi, sebagaimana stimulans sel bekerja merangsang sel-sel limfosit B untuk membelah, membiak, dan mengeluarkan berbagai macam antibodi yang memudahkan -ketika bersenyawa dengan partikel-partikel asing- proses pemakanannya melalui sel-sel yang menelan, sebagaimana antibodi tersebut melakukan rangsangan terhadap sistem pelengkap (complement) yang bekerja merusak benda-benda asing.
Patut disebutkan di sini bahwa setiap sel limfosit B atau T di permukaannya membawa reseptor khusus yang memberinya kemampuan mengidentifikasi satu jenis badan asing saja. Reseptor ini dalam sel B terdiri dari antibodi dan imunoglobulin M (Igm) dan D (IgD), adapun dalam sel T terdiri dari dua seri peptida.Ketika badan asing mana pun menginfeksi tubuh manusia, sel-sel limfosit B dan T yang membawa reseptor khusus untuk badan asing tersebut, bereaksi, mengidentifikasinya, memakan-nya, kemudian membiak dengan membelah diri sehingga menjadi sebuah pasukan besar sel kekebalan. Adapun sel-sel limfosit lainnya yang membawa berbagai reseptor yang berbeda-beda, tidak berpartisipasi dalam proses pertahanan. Sel-sel tersebut menetap sampai ada badan asing yang sesuai dengan reseptornya.
Selama terjadinya proses ini, antibodi dan sel-sel spesifik menyebar dalam darah dan jaringan. Ini terus berlangsung dalam jangka waktu lama, sampai beberapa bulan atau beberapa tahun.Sel-Sel Memori (Memory Cell) dalam Sistem Kekebalan Pada saat terjadi respon kekebalan dan pembiakan sel-sel kekebalan, terbentuk sel-sel spesifik dari limfosit B dan T, yang disebut dengan sel-sel memori yang menyimpan setiap data terperinci dan akurat tentang partikel yang menyerang tubuh setelah dimusnahkan.Sel-sel Memori B (Memory B-Limfochytes) terdiri dari beberapa sel limfosit B setelah menerima ransangan. Sel-sel ini berenang di dalam setiap badan, tinggal di dalamnya, sehingga bisa mengingatkan sekali lagi adanya antigen yang sama dalam kasus infeksi berikutnya, sehingga dengan segera merangsang sel-sel limfosit B untuk memproduksi antibodi dalam jumlah besar dan secara cepat.Adapun sel-sel memori T (Lymphocytes Memory T), terdiri dari sel-sel limfosit T yang telah menerima rangsangan, yang tersimpan dalam jaringan limfa di dalam tubuh.
Ketika tubuh menghadapi badan penyerang yang sama, maka ia kembali merangsang -dengan cepat- sel-sel T spesifik, dan dari situ akan diproduksi antibodi dalam jumlah besar dan secara cepat, sebagaimana proses yang sama yang terjadi pada sel-sel memori B.Dengan demikian, tubuh manusia dilindungi dari bahaya-bahaya sejumlah besar partikel kecil dan badan asing yang menyerang tubuh setiap saat. Inilah dasar dari dibangunnya ide tentang vaksinasi.
Beberapa Hasil Penelitian Ilmiah Habbatus Saudâ’ Tumbuhan nigella sativa termasuk dalam keluarga tumbuhan kala. Nama-nama lain tumbuhan ini adalah habbatus saudâ’, kurowiyatus saudâ’, black cumin, syuniz, kala jaji kalduroh, jiroka, kaz, dan karazna362).Habbatus saudâ’ banyak digunakan di negara-negara Timur Tengah dan Timur Jauh -sebagai pengobatan alami sejak lebih dari dua tahun lalu-. Pada tahun 1959, telah berhasil diproduksi ekstrak berupa minyak habbatus saudâ’ yang pertama kali oleh Dachoni dan kawan-kawannya.
Biji habbatus saudâ’ mengandung 40 % minyak takasiri dan 1,4 % minyak asiri363), lima belas jenis asam amino, protein, kalsium, besi, sodium, potasium. Kandungan aktifnya yang pa-ling penting adalah thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Peran habbatus saudâ’ dalam sistem kekebalan alami belum diketahui secara jelas sampai tahun 1986 M, kecuali melalui beberapa riset yang dilakukan oleh Dr. Alqodi dan kawan-kawannya di Amerika Serikat. Setelah itu, berturut-turut diadakan beberapa riset di berbagai negara dalam berbagai aspek menyangkut tumbuhan ini.
Namun, yang paling penting dari riset-riset tersebut adalah pengaruh habbatus saudâ’ terhadap sistem kekebalan. Insyâ’ Allôh, saya akan memaparkan riset-riset tersebut melalui tulisan Dr. Alqodi, kemudian beberapa tulisan aplikatif yang ditulis sesudah itu dan menguatkan hasil-hasil risetnya.Dr. Ahmad Alqodi dan kawan-kawannya di Amerika Serikat telah melakukan riset tentang pengaruh habbatus saudâ’ ter-hadap sistem kekebalan dalam tubuh manusia.
Riset tersebut dilakukan melalui dua penelitian. Penelitian pertama meng-hasilkan beberapa kesimpulan berikut ini :
1. Pertambahan sel-sel limfosit Th (sel T pembantu) diban-dingkan dengan sel-sel limfosit Ts (sel T penghancur) dengan perbandingan 55 %, pertambahan proporsional aktivitas sel-sel pembunuh (killer cells) alami dengan perbandingan 30 %.
Kajian tersebut diulang sekali lagi oleh kelompok sukarelawan kedua, hal itu dikarenakan para sukarelawan dalam riset pertama terperangkap dalam tekanan yang mempengaruhi (tekanan individual maupun ekonomi), serta tekanan-tekanan yang terkait dengan pekerjaan selama masa riset, karena faktor tekanan tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan.
2. Riset kedua dilakukan terhadap delapan belas sukarelawan yang memiliki indikasi kesehatan prima. Para sukarelawan dibagi menjadi dua kelompok, yakni satu kelompok meng-konsumsi habbatus saudâ’ dengan takaran 1 gr, dua kali dalam sehari, sedangkan satu kelompok pembanding mengkonsumsi activated carbon sebagai pengganti dari habbatus saudâ’ tersebut selama empat pekan. Bubuk biji habbatus saudâ’ dimasukkan ke dalam kapsul-kapsul yang sama persis dengan bubuk carbon.
Melalui riset ini, diperoleh kesimpulan bahwa habbatus saudâ’ berpengaruh menguatkan fungsi-fungsi kekebalan; di mana kadar sel limfosit Th bertambah dibandingkan sel limfosit Ts dengan perbandingan rata-rata 72 %, dan terjadi perbaikan aktivitas sel pembunuh alami dengan perbandingan rata-rata 74 %.
Adapun pada kelompok pembanding, yaitu yang tidak memakai habbatus saudâ’, hanya terjadi pengurangan 7 % sel limfosit Th dibandingkan dengan sel limfosit Ts, terjadi perbaikan 42% aktivitas sel pembunuh alami. Disimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh kemampuan nutrisi alami untuk menciptakan pengaruh dalam menguatkan kekebalan setelah carbon menyerap partikel-partikel kimiawi yang beracun dalam makanan yang dicerna dan minuman.
3. Berbagai hasil riset modern juga menguatkan hasil-hasil riset yang dilakukan oleh Alqodi, di antaranya :
a. Majalah Manâ‘ah Dawâ’iyah, edisi Agustus 1995 M - M (10) mempublikasikan hasil riset tentang pengaruh habbatus saudâ’ terhadap sel-sel limphoid (limfosit) penghancur sel-sel kanker manusia di luar jaringan tubuh, dan terhadap proses pemakanan sel (fagositosis) sel-sel darah putih berinti banyak.
Riset tersebut menguatkan pengaruh dan rangsangan yang ditimbulkan oleh ekstrak habbatus saudâ’ terhadap reaksi sel-sel limphoid spesifik terhadap sel-sel kanker. Riset tersebut juga menguatkan bahwa ekstrak habbatus saudâ’ menambah produksi beberapa sarana kekebalan interleukin dari sel-sel limphoid manusia, ketika sel-sel tersebut ditanam di dalam sel-sel kanker seperti di muka, tanpa ditambahkannya pengaktif-pengaktif lainnya. Riset tersebut juga membuktikan bahwa habbatus saudâ’ meningkatkan pengeluaran interleukin tipe 1-beta, yang berarti ia berpengaruh mengaktifkan sel-sel pemakan.
b. Majalah Manâ‘ah Dawâ’iyyah juga mempublikasikan pada edisi 2000 M - M (11) sebuah penelitian tentang pengaruh kuratif minyak habbatus saudâ’ terhadap infeksi cytomegalovirus (CMV)364) di dalam tubuh tikus, di mana minyak habbatus saudâ’ diujicobakan sebagai antivirus, kemudian kekebalan yang diperoleh diukur segera setelah terjadinya infeksi virus, dengan cara mengidentifikasi sel-sel pembunuh alami dan sel-sel makrofaga dan proses fagositosis. Setelah tikus-tikus percobaan diberi minyak habbatus saudâ’, didapati proses penghambatan yang nyata terhadap rata-rata pertum-buhan virus di dalam hati dan limpa hingga tiga hari setelah infeksi. Sebaliknya, rata-rata antibodi meningkat di dalam plasma darah, padahal jumlah maupun aktivitas sel-sel pembunuh alami menurun pada hari ketiga setelah infeksi, hanya saja terjadi peningkatan jumlah sel T pembantu (Th). Pada hari kesepuluh setelah infeksi, tidak bisa lagi diidentifikasi sama sekali berapa kadar keberadaan virus di dalam hati dan limpa, sementara virus tersebut didapati dengan jelas di kelompok pembanding.
c. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa minyak habbatus saudâ’ memiliki karakteristik anti cytomegalovirus, diukur melalui peningkatan fungsi dan jumlah sel Th + cd 4 dan bertambahnya makrofaga, keaktifan proses fagositosis, serta bertambahnya produksi interferon tipe gama dalam plasma darah.
d. Majalah Kanker Eropa dalam edisi Oktober 1999 M - M (12) mempublikasikan sebuah artikel tentang pengaruh-pengaruh formula thymosinon terhadap kanker lambung pada tikus. Artikel tersebut membuktikan bahwa minyak-minyak asiri dalam biji habbatus saudâ’ dianggap sebagai faktor kimiawi yang kuat dan kuratif terhadap kanker di lambung. Penyebabnya diduga adalah karena minyak-minyak tersebut berpengaruh melawan oksidasi dan infeksi.
e. Majalah Riset Anti Kanker edisi Mei 1998 M - M (12) telah mempublikasikan sebuah artikel tentang ekstrak habbatus saudâ’ sebagai anti kanker. Riset membuktikan bahwa unsur thymoquinone dan dithymouinone berpe-ngaruh menghancurkan berbagai jenis sel kanker manusia.
f. Majalah Athno Medicine juga mempublikasikan pada edisi April 2000 M - M (14) sebuah praktis lainnya tentang pengaruh-pengaruh racun dan kekebalan pada ekstrak ethanol dari biji habbatus saudâ’. Terbukti bahwa ia memiliki pengaruh racun yang kuat terhadap sebagian sel kanker serta pengaruh dan daya rangsang yang kuat terhadap kekebalan seluler.
g. Majalah Athno Medicine dalam edisi November 1999 M - M (15) mempublikasikan satu artikel tentang pengaruh thymocinon terhadap Sindroma Fanconi dan aktivitas sel-sel kanker dalam tikus. Riset membuktikan bahwa struktur yang ada dalam habbatus saudâ’ mengandung aktivitas yang nyata sebagai anti tumor.
h. Majalah Tanaman Obat edisi Februari 1995 M - M (16) mempublikasikan sebuah artikel tentang pengaruh minyak habbatus saudâ’ takasiri dan unsur thymocinon terhadap butiran-butiran darah putih dan oksidasi permukaan lemak di berbagai selaput dalam. Terbukti dari riset yang diadakan bahwa penggunaan habbatus saudâ’ dan produk habbatus saudâ’ yang populer itu tepat untuk mengobati rheumatisme dan berbagai infeksi terkait.
Terbukti pula bahwa formula nigellon memiliki pengaruh sedang dan pelan terhadap dikeluarkannya histamin dari sel-sel plasma dalam sebuah penelitian yang dipublikasi-kan oleh majalah Alergi, edisi Maret 1993 M - M (17).
i. Majalah Kanker edisi Maret 1992 M - M (18) mempubli-kasikan sebuah riset tentang karakteristik anti kanker pada biji habbatus saudâ’. Telah dilakukan penelitian terhadap sel-sel cancroid penyebab hydrocephalus Ehrlich ascites carcinoma (EAC), Dalton’s Limphonia Ascites (DLA) Celss an s-180 Asrcoma 180.
j. Pertumbuhan kanker ini berhenti sama sekali di dalam tubuh binatang-binatang percobaan dengan disebabkan oleh zat-zat aktif yang ada di dalam biji habbatus saudâ’, dan sangat diyakini bahwa tingkat pengaruh tersebut mencapai DNA (Deoksiri-bonukleat).
k. Majalah Athno Medicine edisi Februari 2002 M - M (19) mempublikasikan sebuah penelitian tentang pengaruh minyak habbatus saudâ’ terhadap cirrhosis yang terjadi akibat bilharziasis usus di dalam tikus. Penelitian tersebut menguatkan bahwa minyak tersebut memiliki pengaruh anti penghancuran sel-sel hati sebagai akibat infeksi cacing bilharzia; enzim-enzim hati mengalami perbaikan secara mencolok, bisul infeksi dengan telur cacing mengempis, yang berarti bisa jadi minyak habbatus saudâ’ memiliki peran penekan terhadap berbagai perubahan yang ditimbulkan oleh infeksi cacing filaria usus. Para peneliti menyebutkan bahwa perbaikan ini secara parsial bisa diduga disebabkan oleh terjadinya perbaikan sistem kekebalan dan pengaruh antioksidan yang terkandung di dalam minyak ini.
l. Majalah Athno Medicine edisi September 1991 M - M (19) mempublikasikan sebuah penelitian tentang pengaruh anti-mikroba yang terkandung dalam biji habbatus saudâ’. Dari penelitian itu diperoleh kesimpulan bahwa habbatus saudâ’ berpengaruh dalam menghambat perkembangan bakteri-bakteri gram positif, seperti bakteri Staphylococcus, di mana jenisnya yang paling berbahaya dibunuh di bawah kulit ketika diobati dengan diinjeksi ekstrak habbatus saudâ’. Ia juga berpengaruh langsung terhadap sejumlah bakteri gram negatif atau meningkatkan khasiat beberapa jenis antibiotik.
m. Ada beberapa penelitian yang mendukung adanya pengaruh antibakteri di dalam ekstrak habbatus saudâ’, khususnya bakteri-bakteri gram positif.
n. Masih banyak penelitian lain yang dipublikasikan dalam majalah-majalah lain, bisa untuk ditulis dalam sebuah buku tersendiri, dengan izin Alloh.Kemukjizatan Habbatus Saudâ’Nabi saw. mengabarkan bahwa habbatus saudâ’ menyem-buhkan setiap penyakit. Susunan kata dengan kata syifâ’ (menyembuhkan), tercantum di seluruh hadits tanpa dima‘rifah-kan dengan alif dan lam. Semua dalam kalimat positif, sehingga dengan demikian kata tersebut bersifat nakiroh yang biasanya bermakna umum.
Selanjutnya, kita bisa mengatakan bahwa di dalam habbatus saudâ’ terdapat sifat menyembuhkan setiap penyakit.Dalam penjelasan tentang sistem kekebalan, telah ditegaskan bahwa ia merupakan satu-satunya sistem unik yang memiliki senjata spesifik untuk membunuh setiap penyakit.
Sebab, sel-sel pemakan (fagosit), setelah memakan dan menghancurkan bakteri-bakteri penyerang, memampangkan potongan-potongan bakteri yang telah rusak (antigenic) tersebut di atas permukaan-nya, kemudian mengikatkan diri pada sel-sel lymphoid untuk memberitahunya struktur mikroba tersebut secara mendetail, lantas merangsang seluruh sel T untuk memproduksi antibodi atau sel-sel T yang spesifik bagi antigen ini, yang dipacu produksinya. Sedangkan dinding sel-sel B mengandung sekitar 100 ribu bagian antibodi yang berinteraksi berdasarkan spesifikasi dan kapabilitas tinggi dengan jenis spesifik yang dimunculkan oleh antigen pada mikroba. Demikian halnya di sel-sel T, ia memiliki reseptor-reseptor protein di permukaan dinding sel-sel lymphoid yang disebut “indikator sel” (T. cell marker) yang benar-benar mirip dengan antibodi. Antibodi dan sel-sel T spesifik itu bersenyawa secara sempurna dengan antigen mikroba tersebut, lantas melumpuhkan aktivitasnya dan menghancurkannya.
Selanjutnya, kekebalan ini merupakan kekebalan spesifik untuk menghadapi setiap partikel asing yang berada di dalam tubuh. Setiap penyakit ada obatnya yang tepat. Karena tidak ada satu materi pun, baik yang terformulasi maupun yang sederhana, di permukaan bumi ini yang memiliki kemampuan untuk menghindarkan penyebab-penyebab semua penyakit dan menjadi penyembuhnya, hingga sekarang -sejauh yang penulis ketahui- dan bekerja sebagaimana kerja sistem kekebalan.
Dengan demikian, bisa kita katakan bahwa sistem kekebalan merupakan satu-satunya sistem yang bisa memberikan penyembuhan bagi setiap penyakit -secara faktual dan meyakin-kan- dikarenakan kandungan “sistem kekebalan spesifik” atau “sistem kekebalan didapat” yang mampu menciptakan antibodi dan membentuk senjata berupa sel pembunuh dan sel perusak spesifik bagi setiap partikel penyebab sakit.Sistem ini, sebagaimana sistem-sistem lainnya yang kadang mengalami rusak, cacat, dan sakit. Kadang-kadang ia bekerja dengan seluruh kemampuan dan kapabilitasnya, atau kurang dari itu, sesuai dengan tingkat kesehatannya dan kesehatan unsur-unsur pembentuknya.
Selama sistem ini sehat wal afiat di dalam tubuh, maka ia mampu membunuh setiap penyakit maupun penyebabnya.Karena ada benda yang telah diciptakan oleh Alloh Ta'ala untuk mengaktifkan, menguatkan, atau mengobati dan mereparasi kerusakan di dalam sistem ini, maka benda tersebut bisa dikatakan memiliki sifat sebagaimana sifat sistem itu sendiri.Karena telah terbukti bahwa habbatus saudâ’ mengaktifkan “kekebalan spesifik” atau “kekebalan didapat”, karena ia mening-katkan kadar sel-sel T pembantu, sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami, dan semua itu merupakan sel-sel limphoid (limfosit) yang sangat spesifik dan rumit hingga hampir mencapai 75 % berdasarkan penelitian Alqodi, dan dikuatkan oleh berbagai penelitian yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah, di mana kondisi sel-sel limphoid pembantu dan sel-sel pemakan membaik, komposisi interferon membaik, dan kekebalan seluler pun membaik.
Perbaikan kondisi sebagaimana dalam sistem kekebalan itu juga terjadi pada pengaruh penghancuran yang dimiliki oleh ekstrak habbatus saudâ’ terhadap sel-sel kanker dan sebagian virus, dan juga pada perbaikan terhadap pengaruh infeksi oleh cacing filaria.Karena itu, kita bisa menegaskan bahwa di dalam habbatus saudâ’ terdapat penyembuhan dari setiap penyakit, karena ia memperbaiki dan menguatkan sistem kekebalan, suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan setiap penyakit dan berinteraksi dengan setiap penyebab penyakit serta bisa memberikan penyembuhan total atau parsial bagi setiap penyakit.
Penyebutan kata syifâ’ dalam berbagai hadits dalam bentuk nakiroh juga menguatkan kesimpulan ini, di mana tingkat kesembuhan tersebut berbeda-beda, tergantung pada kondisi sistem kekebalan, jenis penyakit, penyebabnya, dan stadiumnya. Dengan demikian, keumuman yang disebutkan di dalam hadits tersebut bisa dipahami dan sudah sesuai dengan pendapat-pendapat para pensyarah hadits sebagaimana di atas.
Demikianlah, fakta ilmiah mengenai hadits-hadits mulia ini telah terungkap, yang tentunya tidak ada seorang pun di masa lalu yang mengetahuinya, apalagi mengucapkannya dan menyampaikannya kepada orang lain sejak lebih dari empat belas abad silam, kecuali bila ia seorang nabi yang diutus dari Alloh serta menerima wahyu dari yang Maha Tahu tentang rahasia-rahasia makhluk-makhluk-Nya. Maha Benar Alloh yang berfir-man, “Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm [53] : 3-4)
____________________________________
354) Konjungtiva : selaput lendir yang ada di kelopak mata -penerj.
355) Sekret : produk kelenjar -penerj.
356) Lisosom : organel sel bentuk gelembung, terdapat dalam sitoplasma dan mengandung berbagai enzim untuk mencernakan berbagai bahan yang masuk sel; kecuali logam, pasir, dan asbes. Lisosom aktif dalam proses makan (fagositosis) dan minum (pinositosis) sel. Juga menggetahkan produk sel (eksositosis) dan mendaur ulang organel dan bahan lain dalam sel yang rusak atau aus.
357) Asidofil : sel-sel yang bisa diwarnai dengan zat warna asam -penerj.
358) Globulin : protein bentuk bundar.
359) Peptida : amida yang berasal dari beberapa asam amino dan diperoleh dengan hidrolisis atas protein -penerj.
360) Butiran halus -penerj.
361) Sel darah putih yang meresap zat warna yang bersifat basa –penerj.
362) Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan jintan hitam -penerj.
363) siri : mudah menguap dalam temperatur rendah –penerj.
364) Virus yang sering menyerang ibu sedang hamil, menyebabkan bayinya jadi tuli, ayan, kelainan hati, dan terbelakang mental -penerj.
Apa kata Mereka tentang Al Jazirah Herbal?
- AL JAZIRAH HERBAL, mengutamakan kepuasan konsumen, dapat dipercaya. terbukti: waktu Saya memesan obat lewat TIKI. Barang cepat diantar dan sampai ke tujuan. Padahal Saya belum transfer uang sama sekali-Bpk. Hendy, Bandung
- Alhamdulillah begitu Saya mengkonsumsi Produk Herbal (OBAHAMA) memang manjur, terutama habbatussauda, mahkota dewa, Sari Kurma, Minyak Zaitun dan masih banyak lagi khasiat yang lainnya-Bpk. Kartono, Jakarta
- Sejak putri saya mengkonsumsi Habbatussauda haidnya menjadi teratur. terus terang saya agak kuatir dengan keadaan anak saya dulu. tapi kini saya tenang dan merasa mantap mengkonsumsi habbatussauda, karena Habbatussauda alami sehingga aman digunakan dalam janka waktu panjang-Ibu Lilyana Fikri, Jakarta
- Saya ingin bercerita sedikit setelah saya mengkonsumsi habbatusauda. dulu sebelum mengkonsumsi saya sering merasa lemah dan cepet capek. selain itu saya juga memiliki penyakit susah buang air besar dan perut yang sensitif terhadap makanan suka merasa kembung dan mulaes2. Alhamdulillah setelah saya mengkonsumsi habbatussauda selama 3 minggu, saya merasa banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh saya. badan serasa segar dan tidak mudah capek!!! di tambah buang air besar menjadi lancar lancar, perut yang biasa kembung dan mules2 sudah tidak terasa. dan yang paling dahsyatnya saya sering tidur larut malam bahkan sampe pagi, alhamdulillah tidak terserang penyakit dan badan merasa segar sewaktu bangun walaupun tidur cuma sebentar.-Sdr. Rezki Putra, Jakarta
CALL NOW 021 947 056 03 OR 0813 830 810 21
Senyum Jenazah Para Mujahidin
Manfaat Ilmiah Habbatus Saudâ’ terhadap Sistem Kekebalan Tubuh
Posted by
Admin |
12/30/2007 02:05:00 pm
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Komentar :
Post a Comment
Berikan Komentar Anda